Setiap orang Indonesia pasti tidak
asing dengan jajanan gorengan ala rakyat. Dari mulai Bakwan, Laba-Laba, Cilur,
Telur Gulung, Sempol, Tempe Mendoan dan masih banyak lagi. Makanan seperti
sangat digemari di segala usia. Peminatnya yang lumayan banyak membuat omset
berdagang gorengan cukup menjanjikan. Pedagang makanan seperti itu, juga sangat
gampang ditemui, termasuk dalam ekspo Jogja Surganya Kuliner yang digelar di
JEC.
Tidak hanya jajanan gorengan,
kuliner dari level berat hingga ringan bisa dijumpai pada ekspo yang di gelar
sejak tanggal 20-23 Februari 2019 ini. Selain makanan stand batik dan aneka
ragam kerajinan khas Jogja dan sekitarnya dapat dijumpai dengan mudah. Menariknya
sepanjang kunjungan saya ke Ekspo ini mayoritas pedagang yang menjajakan
makanan pada stand kuliner adalah para perempuan, begitupun pada stan kerajinan
khususnya batik.
Saya tertarik untuk melihat keseluruhan
stand kuliner yang ada disana. Sepanjang mata memandang ada beberapa kuliner
yang memikat saya untuk membeli. Jajanan Telur Gulung dan Sempol membuat saya
kembali bernostalgia dengan masa kecil dan masa kuliah saya. Harganya pun cukup
bersahabat, satu tusuk dijual dengan harga seribu dan dikemas dalam satu paket
seharga lima ribu rupiah isi lima tusuk. Menariknya dengan harga jual yang relative
murah, ibu-ibu penjualnya mengaku cukup untung dan menjanjikan.
Salah satu stand pertama yang
saya datangi adalah stand Bu Narti. Stand jajanan rakyat ini menjual Telur
Gulung, Sempol Ikan, Sempol Ayam, Bakso Pedas, Ondol-Ondol Jepang, Ceker Pedas
Dan Sosis Telur. Seluruh aneka kuliner yang disajikan dihidangkan langsung ke
para pembeli. Cara ini memudahkan pembeli memilih menu kesukaan mereka. Omsetnya
juga cukup menjanjikan. Dengan hanya berjualan jajanan rakyat, Bu Narti dapat
mengatongi pendapatan kotor hingga tiga juta rupiah.
Pola jualan, pedagang jajanan
rakyat yang satu ini, juga cukup unik. Bu Narti yang ditemani iparnya saat
berjualan, mengaku menjajakan dagangannya di ekspo-ekpo rakyat yang di gelar di
Yogjakarta. Banyaknya even festival yang digelar, menjadi peluang bagi ibu rumah
tangga ini menjajakan dagangannya langsung ke pembeli.
“ Saya memulai ini baru tiga tahun ok mbak. Awalnya ya lihat list di Instagram
lalu di jadwal. Pas rame itu lumayan mbak bisa tiga juta kalua sepi hanya kurang
dari satu juta. Itu sudah lumayan mbak namanya kita jualan ya pandai-pandai
kita”. Jelas Bu Narti. Selain Bu Narti, ada juga Bu Susi yang juga
menjualan penganan rakyat murah meriah. Stand Bu Susi menjual Cimol, Cireng,
Sempol dan Telur Gulung. Semuanya dijual dengan harga satu paket sepuluh ribu
plus dengan bonus satu tusuk sempol.
Sejak setahun terakhir Bu Susi
mengatakan, dirinya bergabung dengan grup UMKM yang dibina langsung oleh Dinas
Koperasi UKM DIY. Mulai 22-23 Bu Susi mendapat fasilitas stand dideretan binaan
dinas tersebut. Setiap harinya Bu Susi manjajakan jualannya di Condong Catur
dan Kadisoka Yogyakarta. Bu Susi juga sering menjajakan dagangannya di berbagai
ekpo dan festival. Bahkan beberapa kali kulinernya masuk dan diliput beberapa
koran On-line.
“Kemarin Mbak! kalau pas ramai jualan kayak gini di karapan sapi
Wedomartani, enam jam sudah dapat satu juta lima ratus”. Ungkap Bu Susi. Dalam
menjajakan dagangannya dia ditemani oleh suaminya. Rasa dan karakter aneka
makanannya juga ditemukan dari resep eksperimennya tanpa mengandalkan resep
google.
Wanita Dalam Peluang Emas Kemajuan UMKM Indonesia
Dalam penelitian IFC memaparkan pada
Agustus dan September 2015 lalu tercatat sebanyak 360 UKM dari 600 UKM yang
terdata dimiliki oleh perempuan. Dalam hasil penelitian juga disebutkan bahwa
masih banyak UKM yang dimiliki oleh perempuan yang tidak terdaftar secara
formal, hal ini menghambat temu gelang antara pedagang dan perusahaan besar.
Dari dua stand jajanan rakyat
yang saya temui di ekpo jogja surganya kuliner, satu pedagang tergabung dalam
binaan Dinas Koperasi UKM DIY sedangkan satunya berjalan secara mandiri. Dua duanya
dijalankan oleh perempuan dan memiliki omset yang cukup menguntungkan.
Seperti omset tiga juta rupiah
yang di dapat oleh Bu Narti. Omset ini dapat melijit lebih tinggi lagi apabila
strategi jualannya bisa dimaksimalkan. Variasinya bisa berupa jualan on-line, franchise dan pengemasan yang lebih
modern. Tentu hal ini menjadi peluang yang lebih menjanjikan untuk mengembangkan
potensi UKM para perempuan. Disamping itu, UKM yang telah terdaftar seperti Bu
Susi, mendapat fasilitas informasi yang lebih update disbanding mereka yang
belum terdaftar. Apalagi Jogja telah membuat layanan Jogja@access yang secara
fungsinya sama seperti e-money lainnya. Tidak hanya itu, produk UKM dan pentas
seni kebudayaan semua ditampilkan sehingga lebih dekat dengan para calon
wisatawan.
Even semacam ekpo jogja surganya
kuliner ini, telah difasilitasi berbagai konten yang sangat lengkap. Termasuk informasi
Jogja@acces yang akan menjadi e-money milik jogja. Bukan tidak tentu lagi,
jajanan pasar Bu Susi dan Bu Narti akan lebih mudah didapat dan dibayar lewat
online.
0 comments:
Posting Komentar